Jumat, 16 September 2011

PENCARIAN


Hutan Akasi telah ku babat
Kereta angin telah aku sambut
 surau di sebrang jenggala raya, tlah terlewat:
 
“akulah, angin yang telusuri jejakmu,!.”
“ akulah, siang yang mencari teduhmu.”

Semua bayang tlah jadikan suram
Di jalan malam amat temaram
Telah sekian kali aku terlempar
Kumohon agar saja sejuk segar:
Batang, ranting pilar jiwaku melayang
Terlewat dari dunia lampu malam
Terhadang kesepianyang mendayu layang
Akku pulih hingga rindu
Lurus berlari menjadi waktu

TERPEROSOK MAGHRIB


Surau di padang pasir
Terhadang debu bertajuk angin
Sebagai peziarah, diri terpelosok …
Jauh, dalam ke dasar tebing.
Lawas tak bersama maghrib yang raib

Bersama fajar cemerlang
Awan di atas elang datang
Debu dunia telah lalaikan bersujud
Di atas permadani yang beradang

Ribuan sia-sia gugur di altar usia
Hingga, orang gamang datang dilumat waktu jejaka
Kuduskankah asma yang mempunyai aroma keabadian

Bacalah kitab-kitab itu,
Sebelum renta dibatami rayab
Demi ayat-ayat yang sekejab diikrari karat
Tenggoklah ke seberanng mata,
Anak-anak kiwari, sedang khusuk mengaji televisi
Sedang aku dan kau
Asyik membingkai kaligrafi puisi
Di tajuk-tajuk imajinasi

TERPEROSOK MAGHRIB


Surau di padang pasir
Terhadang debu bertajuk angin
Sebagai peziarah, diri terpelosok …
Jauh, dalam ke dasar tebing.
Lawas tak bersama maghrib yang raib

Bersama fajar cemerlang
Awan di atas elang datang
Debu dunia telah lalaikan bersujud
Di atas permadani yang beradang

Ribuan sia-sia gugur di altar usia
Hingga, orang gamang datang dilumat waktu jejaka
Kuduskankah asma yang mempunyai aroma keabadian

Bacalah kitab-kitab itu,
Sebelum renta dibatami rayab
Demi ayat-ayat yang sekejab diikrari karat
Tenggoklah ke seberanng mata,
Anak-anak kiwari, sedang khusuk mengaji televisi
Sedang aku dan kau
Asyik membingkai kaligrafi puisi
Di tajuk-tajuk imajinasi